oleh

Refleksi Akhir Tahun (Pengalaman 6 bulan mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak)

Unro Aljuhri, M.Pd

Oleh: Unro, M.Pd
Guru SMAN 6 Jakarta/Ketua Umum Asosiasi Guru PPKn Indonesia (AGPPKnI)

Program Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran bagi murid. Program ini meliputi pelatihan daring, ruang kolaborasi, elaborasi, lokakarya, dan pendampingan. Pada angkatan 5 dan seterusnya program ini dilaksanakan selama 6 bulan, angkatan sebelumnya dilaksankan selama 9 bulan.

Pendidikan guru penggerak merupakan pendidikan dan pelatihan yang benar-benar memberikan suasana baru dalam konsep pendidikan dan sekaligus menambah wawasan tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang selama ini spiritnya tertutupi oleh diskursus target kurikulum, kompetensi, capaian-capaian yang sangat ketat.

Oleh karena itu dalam pendidikan guru penggerak ini hal yang penting adalah proses menuntun yang dilakukan guru untuk memerdekakan belajar murid akan cepat tewujud.

Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembangnya potensi murid secara holistik, aktif dan proaktif.

Program ini juga diharapkan mampu membantu mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Sudah barang tentu karena filosofi pendidikan KHD belajar dari siswa, untuk siswa oleh siswa maka segala aset/kekuatan/potensi yang dimiliki sekolah haruslah dipetakan, dikelola, dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk mendukung terwujudnya program yang berdampak pada murid yang selaras dengan visi misi serta tujuan sekolah sehigga Profil Pelajar Pancasila terwujud.

Selama proses pendidikan guru penggerak angkatan 5 ini, tantangan yang dihadapi tentu tidaklah mudah, mulai dari membagi waktu, memfokuskan pikiran dan menjaga kesehatan.

Saya, sebagai wakil kepala sekolah bidang Sarana Prasarana dan HUMAS tentu tidak mudah membagi waktu antara melaksanakan tugas tambahan, mengajar dan mengerjakan tugas madiri yang ada di LMS (Learning Management System), belum termasuk aktivitas saya di organisasi yang saya pimpin, yaitu sebagi Ketua Umum Asosiasi Guru PPKn Indonesia (AGPPKnI).

Namun sebagai wakil kepala sekolah tentu saya punya kesempatan yang baik untuk menerapkan program Caloan Guru Penggerak (CGP) dalam skala besar (sekolah).

Ini kesempatan baik saya untuk melakukan perubahan di sekolah dan Alhamdulillah saya bisa mewarnai kebijakan sekolah.

Secara bertahap saya mulai mampu mengubah paradigma belajar mengajar sejak menjadi peserta CGP angkatan 5.

Cara pandang, cara memperlakukan murid, cara mengajar, mendidik, mendampingi, membimbing siswa kian berubah.

Melalui pendampingan, coaching, restitusi, ice breaking, teknik STOP, program BAGJA serta gali potensi aset 7 yang sangat detail menggali suara, pilihan dan kepemilikan murid hingga mampu mengubah mindset saya dalam menghadapi masalah murid.

Dalam hal pelayanan pada murid misalnya, kita harus tulus ikhlas menyediakan waktu dengan sabar melayani murid yang remidial karena nilai raportnya minim serta memfasilitasi mereka untuk menentukan pilihan dalam mengambil program kerja atau kuliah, memberi solusi pilihan jurusan perguruan tinggi.

Kita harus mampu mengcoaching murid saat mereka kesulitan belajar dengan bahasa yang membuat murid nyaman di sekitar kita, bahkan mengcoaching rekan sejawat.

Jika selama ini saya mengajar berdasarkan rancangan tanpa melibatkan murid dan tak pernah melihat mendengarkan harapan, keinginan, kebutuhan, profil dan minat murid setelah PGP mencoba memberi mereka kesempatan dengan membuka dialog kesepakatan kelas, melakukan ice breaking agar kelas tidak tegang serta mengistirahatkan murid jika situasi nampak lelah.

Ada saatnya kita membebaskan murid mendengarkan musik menggunakan internet dan headset (mendengarkan musik) saat mengerjakan tugas proyek agar nyaman namun tugas tetap beres dikerjakan dengan demikian ada rasa kepemilikan mereka atas proses belajar meningkat.

Baca Juga :Cegah Luapan Air Sungai Ciujung, BPBD Lebak Kordinasi Dengan Petugas Bendung Pamarayan

Saya mendaftar Calon Guru Penggerak Angkatan 5 ini lewat SIMPKB dan diterima dari proses tahap seleksi administrasi, simulasi mengajar dan wawancara yang dilakukan secara profesional dan akuntabel. Saya sadar bahwa proses belajar mengajar selama ini lakukan perlu menyesuaikan dengan perkembangan jaman, terutama dalam kaitannya dengan digitaliasai pendidkan.

Seringkali kita menemukan banyak murid yang kurang suka hadirnya guru di kelas, bahagia banget jika guru tidak ada di kelasnya, bahkan beberapa diantaranya jika ada murid yang menyetorkan tugas lebih awal akan dibully dimusuhi oleh kawan-kawannya karena mereka jengkel dan tidak mau dipaksa mengerjakan tugas-tugas guru yang berat.

Mungkin karena gurunya kurang nyaman bagi mereka, gurunya terlalu keras pada muridnya membuat murid tidak betah di kelas, inginnya di luar kelas. Baginya mungkin sekolah serasa di penjara, begitu masuk kelas serasa males begitu pulang dan libur sekolah bahagianya sangat nampak. Saat itu, saya tahu konsep kebutuhan murid, tahu minat murid, tahu profil murid, tahu tujuan murid ke mana.

Semoga apa yang kita kerjakan selama pelaksanaan Program Guru Penggerak menjadi ladang ibadah dan berdampak bagi kemajuan pendidikan di sekolah dan berdampak luas bagi pendidikan pada umumnya. Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu jalannya Pendidikan Guru Penggerak ini.

SALAM PANCASILA
SALAM GURU PENGGERAK
SALAM dan BAHAGIA

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga